Kamis, 26 Januari 2017

Cara memposting Buku besar (Ledger)


Kita akan membahas kelanjutan dari postingan cara membuat Jurnal umum kemarin, semoga para pembaca sudah sedikit mengerti bagaimana cara menggolongkan akun untuk di masukan kedalam jurnal. Kita perlu beberapa akun agar tetep terjadi keseimbangan antara debit dan kredit. Akun –akun tersebut biasanya tergantung setiap perusahaan, namun intinya tetap sama yaitu akun 1 aktiva, 2 utang, 3 modal, 4 pendapatan, 5 beban. Dari setiap akun kepala tersebut pasti memiliki akun detail, contohnya 1 akun aktiva : 1 Kas Di tangan, 11 kas di bank, 112 piutang usaha, 113 perlengkapan, dan seterusnya.
            Setelah pembuatan Jurnal umum kita harus mempostingnya ke dalam buku besar. Disini akan kita bahas bagaimana cara memposting atau membuat buku besar. Terlebih dahulu kita harus paham pengertian buku besar. Buku besar (Ledger) adalah seluruh kelompok akun yang dimiliki perusahaan. Buku besar menyimpan seluruh informasi mengenai perubahan yang terjadi pada saldo akun-akun tertentu dalam satu tempat.
Perusahaan dapat menggunakan berbagai jenis buku besar, namun setiap perusahaan mempunyai satu buku besar umum ( General Ledger ). Buku besar umum tersebut berguna untuk memuat seluruh akun-akun asset, kewajiban, modal, pendapatan dan beban. Buku besar hendak disusun menurut penyajian dalam laporan keuangan.
Bentuk Standar Akun
Bentuk akun T sederhana yang digunakan dalam buku buku teks akuntansi sering kali membantu dalam pengilustrasian kegiatan yang telah terjadi tersebut. Bentuk ini juga sering disebut dengan Bentuk Akunt tiga kolom(Three-column form of account) karena terdapat 3 kolom, yaitu debit, kredit dan saldo. Saldo akun tersebut dihitung setelah masing masing transaksi di jumlah.
            Pembukuan
Prosedur pemindahan ayat-ayat jurnal kea kun buku besar disebut Pembukuan (Posting). Pembukuan akan melibatkan langkah-langkah sebagai berikut.
1.      Pada buku besar, masukkan ke kolom-kolom yang benar untuk akun. Masukkan tanggal, halaman jurnal, dan jumlah debit yang terdapat dalam jurnal.
2.      Dalam kolom Ref atau referensi tulislah nomer akun tersebut.

Kita akan masuk kedalam contoh, karena jika hanya teori tanpa praktek kita akan tetap bingung.

                                                            Jurnal Umum
                                                     PT. Makmur Abadi Jaya
                                                    Per 31 Desember 2010

Postinglah Jurnal umum tersebut kedalam buku besar



Seperti itulah cara memposting jurnal umum kedalam buku besar, ketika buku besar telah selesai dibuat, selanjutnya kita akan membuat neraca saldonya. Itu hanya contoh kecil dalam mebuat buku besar, pasti kalian akan menjumpai lebih banyak transaksi dan akun-akun lagi, sehingga kalian harus membuat buku besarnya lebih banyak lagi. Selamat belajar dan membuat buku besar. Terima kasih sudah membaca artikel ini, semoga apa yang saya sampaikan dapat bermanfaat. Mohon maaf apa bila ada kesalahan dalam pengetikan maupun penyampaian materi.

Referensi :
Buku Accounting Principles, Jerry J. Weygandt, Donald E. Kieso, Paul D. Kimmel.  

Rabu, 25 Januari 2017

Bagaimana membuat Jurnal umum ?


Kita lanjut kembali dalam proses akuntansi. Setelah mengenal beberapa dasar akuntansi dari postingan sebelumnya. Yang pertama kita harus paham terlebih dahulu tentang asumsi dasar akuntansi, selanjutnya kita harus memahami bukti-bukti transaksi yang ada seperti yang dijelaskan di postingan Macam-macam bukti transaksi. Ketika kita sudah memahami bukti transaksi tersebut, selanjutnya kita mencatatnya kedalam jurnal umum. Agar kita mudah memahami transaksi yang telah terjadi dan juga bukti transaksi tersebut harus disimpan untuk meyakinkan data yang ada. Saya akan memberikan beberapa contoh transaksi yang harus kita catat kedalam Jurnal umum.
1.      Transaksi Investasi oleh pemilik
Transaksi ini berkaitan dengan penyetoran modal yang dilakukan oleh pemilik. Dalam persamaan dasar akuntansi, Modal bertambah di Kredit. Jadi kita juga harus mencatat pertambahan modal tersebut di kredi. Dan perusahaan menerima Kas yang bertambah di debit sebesar nominal modal yang disetorkan. Agar posisi debit dan kredit mengalami keseimbangan atau yang biasa kita sebut Balance.
Contoh : Tn. Amir menanamkan modalnya sebesar Rp. 10.000.000,- Jurnal umum yang dicatat adalah :

                                    Debit                                       Kredit
Kas                              10.000.000
            Modal Tn.Amir                                                10.000.000

2.      Transaksi Pembelian secara Tunai
Pasti perusahaan akan melakukan kegiatan jual beli secara tunai maupun kredit. Disini perusahaan membeli perlengkapan secara tunai, kita mencatat di jurnal umumnya dengan akun Perlengkapan yang bertambah di debit karena adanya pembelian, dan di sebelah kredit kita akan catat sebagai kas yang dikeluarkan untuk membayar perlengkapan tersebut.
 Contoh : PT. Asd membeli perlengkapan kantor secara Tunai sebesar Rp.5.000.000,-
Jurnalnya adalah :
                                                            Debit                           Kredit
Perlengkapan Kantor                          5.000.000
            Kas                                                                               5.000.000

3.      Transaksi Pembelian Secara Kredit
Ketika Perusahaan membeli perlengkapan secara kredit pasti akan mempengaruhi Utang perusahaan menjadi akan bertambah karena perusahaan tidak langsung membayarnya dengan tunai, utang akan bertambah di sisi kredit Dan akan menambahkan perlengkapan tersebut di sisi debit. Sehingga saldo antara aktiva = Passiva+Modal menjadi seimbang.
Contoh : Pt.Asd membeli perlengkapannya secara kredit sebesar Rp.5.000.000,-
Jurnalnya :
                                                Debit                           Kredit
Perlengkapan kantor              5.000.000
            Utang                                                              5.000.000

4.      Pendapatan usaha yang diterima secara tunai
Ketika kita menjalankan kegiatan usaha pasti kita akan menjual produk atau jasa kepada pelanggan. Pencatatan yang digunakan untuk mencataat Pendapatan usaha adalah bertambahnya Kas perusahaan di sisi debit, dan pendapatan usaha juga akan bertambah disisi kredit.
Contoh transaksi : Pt. ASD melakukan servis computer kepada Pt.JKL sebesar Rp.300.000,- yang dibayar secara tunai
                                                Debit                           kredit
Kas                                           300.000
            Pendapatan jasa                                             300.000

5.      Pendapatan usaha yang diterima secara kredit
Jika pernyataan diatas diterima secara tunai, kemudian bagai mana jika diterima secara kredit? Kita harus terlebih dahulu tau dan memahai akun mana yang bertambah atau berkurang. Jika pelanggan membayarnya secara kredit, maka kita mencatatnya dengan akun Piutang usaha bertambah di sisi debit dan pendapatan usaha bertambah di kredit.
Contoh : Pt.ASD melakukan servis computer kepada Pt.JKL yang dibayar secara kredit sebesar Rp.300.000,-
                                                            Debit                           Kredit
Piutang Usaha                                     300.000
            Pendapatan Usaha                                                      300.000

6.      Pembayaran Beban secara tunai
Apa yang telah dicatat perusahaan sebagai beban pasti akan mengurani nilai aktiva perusahaan. Sebagai contoh perusahaan membayar beban iklan secara tunai sebesar Rp.500.000. Tentu kita harus tau akun apa saja yang akan di masukkan kedalam jurnal. Yang pertama adalah Kas berkurang karena kita langsung membayar beban tersebut secara tunai, Maka Kas tersebut berkurang di sisi kredit. Dan akun yang ke dua adalah yang di akui oleh perusahaan sebagai Beban yaitu beban iklan bertambah disisi Debit.
                       
                                    Debit                                       kredit
Beban Iklan                 500.000
            Kas                                                                   500.000

Jika transaksi tersebut dilakukan secara kredit,maka Jurnalnya adalah :
                                    Debit                           Kredit
Beban Iklan                 500.000                      
            Utang                                                  500.000

7.      Pendapatan Jasa yang diterima Dpnya terlebih dahulu kemiduan pelunasannya menyusul
Terkadang kita akan menjumpai penjualan kepada pelanggan yang biasanya pelanggan tersebut memberikan uang muka terlebih dahulu kemudian baru melunasinya. Akun yang perlu kita gunakan adalah Kas bertambah di Debit dengan Piutang bertambah di Debit, sedangkan pendapatan bertambah disisi kredit. Kita menggunakan 3 akun.
Contoh : perusahaan melakukan servis computer kepada pelanggan sebesar Rp.750.000,- dan perusahaan menerima uang muka sebesar Rp.250.000,- kemudian sisanya dibayar keesokan harinya.
Jurnalnya adalah :
                                                Debit                           Kredit
Kas                                           250.000
Piutang Usaha                         500.000
            Pendapatan Jasa                                             750.000

Sedangkan Jika perusahaan membeli perlengkapan Kantor seharga Rp. 800.000,- dengan uang muka Rp.300.000,- dan sisanya dibayar kemudian. Maka Jurnalnya adalah :

                                                Debit                           kredit
Perlengkapan Kantor              800.000
            Kas                                                                   300.000
            Utang                                                              500.000

8.      Pembayaran atas utang usaha yang telah terjadi
Ketika kita ingin mebayar utang, maka kita harus mengurangi saldo utang di sisi debit dan juga mengurangi saldo kas akibat pembayaran disisi kredit.
 Contoh : Perusahaan membayar utang usaha sebesar Rp.500.000
                                                Debit                           kredit
Utang usaha                            500.000
            Kas                                                                   500.000


9.      Penerimaan Kas dari Piutang Usaha
Ketika kita menerima pelunasan piutang maka,kita harus mengurangi piutang tersebut disisi kredit dan menambahkan saldo kas di sisi debit.
Contoh perusahaan menerima pelunasan piutang dari pelanggan sebesar Rp.300.000,-

                                                Debit                                       Kredit
Kas                                           300.000
            Piutang usaha                                                             300.000

10.  Penarikan Kas oleh pemilik
Penarikan kas oleh pemilik ini baisanya kita kenal dengan sebutan Prive. Penggunaan kas untuk kepentingan pribadi perlu juga dicatat. Akun yang berkurang adalah akun kas, kas berkurang di sisi kredit dan menambah akun prive disebelah debit.
Contoh : Tn.Amir menggunakan kas perusahaan sebesar Rp.100.000,- untuk kepentingan pribadinya.

                                                Debit                                       Kredit
            Prive                            100.000
                        Kas                                                                   100.000

Diatas adalah beberapa transaksi yang umum terjadi dalam Jurnal umum, semoga para pembaca dapat mengerti cara membuat jurnal umum. Fungsi jurnal umum adalah untuk mencatat setiap kegiatan transaksi yang ada agar tidak ada yang terlewatkan atau terlupakan. Kuncinya dalam Jurnal umum kita harus mengetahui terlebih dahulu akun mana saja yang akan berkurang atau pun bertambah sesuai dengan persamaan dasar akuntansi. Semoga apa yang telah saya sampaikan dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan mohon maaf juga apa bila terjadi kesalahan dalam penulisan atau kurang jelas dalam penyampaian materi tersebut. Jika ada yang ingin ditanyakan atau diberikan masukan silahkan menulisnya dalam kolom komentar dengan sepan. Terimakasih.


Referensi :
Buku Accounting Principles, Jerry J. Weygandt, Donald E. Kieso, Paul D. Kimmel. 

Kamis, 19 Januari 2017

Apakah Akunansi dan pembukuan berbeda ?



Perbedaan Akunansi dan pembukuan

Akuntansi (Accounting) berbeda dengan pembukuan (bookkeeping). Pembukuan hanya meliputi aktivitas pencatatan semata, sedangkan akuntansi meliputi seluruh proses pelaporan, mulai dari pengidentifikasian transaksi bisnis, pencatatan, pengkomunikasian ( dalam bentuk laporan) sampai pada tahapan analisis dan interpretasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi pembukuan ( pencatatan ) merupakan bagian daru seluruh proses akuntansi ( pelaporan). Jadi sekarang kita harus mampu membedakan apa itu pembukuan dan akuntansi.
Akuntansi dibedakan menjadi akuntansi keuangan/financial accounting dan akuntansi manajerial/managerial accounting. Akuntansi keuangan memberikan informasi kepada pihak eksternal sedangkan akuntansi manajerial memberikan informasi kepada pihak internal.

Beberapa macam jenis pekerjaan/ profesi yang ada dalam bidang akuntansi adalah :
1.      Pemeriksaan Eksternal ( external auditing ): Dilakukan oleh akuntan publik atau auditor eksternal yang memberikan opini akan menyatakan, apakah laporan keuangan perusahaan yang diperiksa sudah bersih atau bebas dari kejanggalan maupun kesalahan dalam pencatatan.
2.      Akuntansi umum (General accounting):  Melakukan pencatatan transaksi harian dan menyiapkan laporan keuangan.
3.      Akuntansi Biaya (cost accounting): menentukan serta menyiapkan laporan harga pokok produksi. Akuntansi ini lebih mengarah kepada perusahaan manufaktur.
4.      Sistem Informasi Akuntansi ( Accounting Information system ) : Merancang system pemrosesan data akuntansi. Data transaksi input kemudian dikeluarkan menjadi output yang berguna dalam pengambilan keputusan.
5.      Akuntansi pajak ( Tax Accounting) : melaporkan dan menyiapkan perhitungan pajak penghasilan serta melakukan perencanaan pajak.
6.      Pemeriksa internal ( internal Auditing ) : Auditor internal mengevaluasi efisensi dan efektifitas kinerja unit/divisi maupun perusahaan secara keseluruhan serta memastikan  seluruh kegiatan eperasional perusahaan telah berjalan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah di tetapkan manajemen. 

 Terima kasih telah membaca artikel ini, semoga dapat bermanfaat. Mohon maaf apabila ada kekurangan dalam penulisan karena saya masih dalam tahap pembelajaran menulis blog yang baik dan benar. semoga materi yang disampaikan dapat dimengerti.
 
Referensi :

Hery. 2014. Akuntansi. Jakarta. PT. Graindo akuntansi
sumber gambar 
sumber gambar 

Asumsi Dasar Akuntansi secara umum



Standar atau asumsi yang berlaku secara umum ini sangat diperlukan untuk menjadi patokan atau pedoman dalam menyusun laporan keuangan yang baku. Dengan adanya standar ini, pihak manajemen selaku pengelola dana dan aktivitas perusahaan dapat mencatat, mengikhtisarkan, dan melaporkan seluruh hasil kegiatan operasional maupun financial perusahaan secara baku (yang secara standar dapat diterima umum) dan transparan.
Dalam prisip akuntansi yang belaku umum ini, tedapat empat asumsi dasar yang melandasi proses penyusunan laporan akuntansi secara keseluruhan. Asumsi dasar tersebut adalah : 

1.      Monetary Unit Assumption ( asumsi unit moneter )
Data transaksi yang dilaporkan harus dapat dinyatakan dalam satuan mata uang (unit moneter). Asumsi ini memungkinkan akuntansi untuk mengukur setiap transaksi bisnis ekonomi kedalam nilai uang. Asumsi ini berkaitan langsung dengan penerapan konsep biaya.

2.      Economic/Business Entity Assumption (asumsi kesatuan usaha)
Adanya pemisahan pencatatan antara transaksi perusahaan sebagai entitas ekonomi dengan transaksi pemilik sebagai individu dan transaksi entitas ekonomi lainnya.

3.      Accounting /time period Assumption (asumsi periode akuntansi)
Informasi akuntansi dibutuhkan atas dasar ketetapan waktu (timely basis). Umur aktivitas perusahaan dapat dibagi menjadi beberapa periode akuntansi, seperti bulanan, tiga bulanan, empat bulanan, enam bulanan dan tahunan.

4.      Going Concern Assumption (asumsi kesinambungan usaha)
Peruahaan didirikan dengan maksud untuk tidak di likuidasi ( dibubarkan ) dalam jangka pendek, akan tetapi perusahaan diharapkan tetap terus beroperasi dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Jika tidak ada asumsi ini maka berarti tidak ada penyusutan atas asset tetap karena asset tetap yang dibeli tidak akan dicatat sebesar harga perolehannya melainkan dicatat sebesar nilai pada saat perusahaan dilikuidasi.



 
Referensi :
Akuntansi, Hery S.E.,M.SI.,Pt.Graindo,Jakarta,2014
sumber gambar